Kita memiliki gedung-gedung yang semakin tinggi, tetapi level kesabaran yang semakin pendek.
Jalan tol yang semakin lebar, tetapi cara pandang yang semakin sempit.
Rumah-rumah yang semakin besar, dengan keluarga kecil yang semakin jauh.
Kita bahkan sudah sampai ke bulan, tapi menyapa tetangga sebelah semakin jarang.
Kita membeli makin banyak barang, dan semakin tega juga membuang-buang.
Kita menghabiskan semakin banyak uang, tapi makin sering merasa kurang.Kini sarjana dimana-mana bertebaran, namun kecerdasan makin susah ditemukan.
Lebih banyak ahli dan profesor, tetapi semakin banyak juga masalah.
Sekarang makin banyak obat, tetapi kita tidak juga bertambah sehat.
Lebih banyak buku diterbitkan, tetapi tidak banyak kata-kata yang dijadikan pelajaran.
Setiap hari ada ratusan komputer dan perangkat media beroperasi, tapi kita semakin tidak mengerti cara berkomunikasi.
Umat manusia sudah melakukan lebih banyak hal luar biasa, tapi belum tentu hal-hal yang semakin bijaksana.
Kita belajar untuk melakukan segala sesuatunya dengan efektif dan cepat; tapi akhirnya kita lupa untuk belajar bersabar.
Semakin mudah untuk mencari pasangan, tetapi semakin susah mempertahankan hubungan.
Rumah-rumah yang semakin indah, tetapi rumah tangga yang semakin gundah.
Lebih banyak kesenangan yang ditawarkan, tetapi semakin sedikit kebahagiaan yang dirasakan.
Lebih banyak kesenangan yang ditawarkan, tetapi semakin sedikit kebahagiaan yang dirasakan.
Ada apa dengan kita?
Kita terlalu sibuk berusaha untuk bertahan hidup, hingga lupa menjalani kehidupan.
Kita terlanjur terbiasa dengan kenikmatan, hingga semakin lupa bersyukur.
Kita terlalu larut menjadikan dunia semakin duniawi, hingga kita lupa;
sebagai manusia, kita juga butuh menjadi manusiawi.
Kita terlalu larut menjadikan dunia semakin duniawi, hingga kita lupa;
sebagai manusia, kita juga butuh menjadi manusiawi.
terinspirasi oleh George Carlin; Paradox of Our Time
0 comments:
Post a Comment