Friday 5 August 2011

Renungan


Aku berlari, menjauh dariMu saat hatiku hampa
Begitu angkuhnya aku, yang mengira aku dapat memiliki dunia kecilku sendiri
Muak oleh kepalsuan, terlalu lelah bermain dengan takdir yang tiada henti merumitkan diri
Si naif ini mengamuk dengan tatapan, menjerit dalam kebisuan, mengurai tanya dalam tetes-tetes air mata

Kuteruskan perjalanan tanpa tujuan ini
Kutemukan tawa sementara dari mereka-mereka yang berikanku sayap-sayap rapuh
Yang robek seketika tepat ketika aku hampir menyentuh bintangku
Aku jatuh tanpa ampun
Bahkan bumi pun enggan memelukku yang tersungkur

Ku berpapasan dengan senyuman-senyuman palsu yang mengantarku dalam kesenangan semu
Hingga akhirnya mereka meninggalkanku sendirian
Tersudut di lorong sepi, aku terduduk memeluk serpihan hati
Mataku menelusuri seluruh sudut, tak ada siapa-siapa disini
Aku sendiri



Bodohnya aku yang belum menyadari
Ada yang selalu mencintaiku, menghembuskan nafas dalam relung-relung dadaku, mendetakkan denyut nadiku tanpa meminta biaya
Ada yang merengkuh hatiku ketika aku tenggelam dalam tangisan
Batukah aku hingga aku tak merasakannya?

Ada yang selalu melindungiku, bahkan ketika aku lalai menyebut namaNya
Tetap tersenyum dan teteskan kedamaian
Tapi si tidak tahu berterima kasih ini masih terus menganggap itu kurang

Ada yang selalu menemaniku, bahkan ketika aku lupa berdoa
Begitu agung, padahal aku sungguh tidak pantas menerimanya
Tapi saat itu hatiku terbenteng karang hingga aku bahkan tak menyadari hangatnya pelukan itu

Kini, aku yang datang menghadapMu
Terisak, tergugu dengan segumpal sesal
Kau menyambutku dengan teguran yang teramat halus
Dan aku tersentak menyadari betapa benarnya itu

Tidak pernah ada sesuatu bernama ketidaksempurnaan
Ketidaksempurnaanlah yang jadikan sesuatu itu sempurna
Takdir menjalankan seluruhnya dengan sempurna, atas perintahNya sang Maha Sempurna
Dia yang Maha Mengetahui, mengerti apa yang akan terjadi dan mana jalan terbaik untuk memulainya

Jangan pernah menyalahkan apapun, semua terjadi begitu adanya
Tatap diri sendiri, dan sadarilah

Apakah detik yang berjalan terlalu cepat?
Atau keluhan demi keluhan yang kau lontarkan lah yang memperberat semuanya?
Apakah manusia-manusia di sekelilingmu begitu kejamnya dan tak memiliki perasaan?
Atau engkaulah yang tidak mengasah hatimu dengan baik, hingga ia tumpul dan tak dapat mengingatkanmu akan hal-hal yang seharusnya kau hindari?
Apakah takdir teramat keparat, hingga ia berkali-kali membuatmu jatuh dan meremukkanmu?
Atau kau telah memilih arah yang tidak tepat untuk jalanmu? Memanjat pada cabang yang salah hanya karena itu lebih mudah?

Maka aku berlari mendekat padaNya, merangkulNya dengan segenap tenaga tersisa, tanpa kata-kata
Ia Maha Mendengar, bisikan yang terkunci rapat dalam hati
Ia Maha Mengetahui, meskipun hanya kilasan pikiran yang terbersit dalam benak
Ia Maha Pengasih, karena itu ia kucintai


- Originally created by Venus Aretha

2 comments:

Farkhan said...

Dear Noni.....!
Karya yg sungguh luar biasa, goresan imajinasi dan luapan hamba kepada sang Khaliq dalam bentuk untaian kalimat yang tak ternilai harganya
terus berkarya semoga Allah senantiasa memberi kemudahan dan perlindungan dalam setiap langkah-mu tuk menggapai apa yang sudah ditakdirkan oleh-Nya

Anonymous said...

keren aih :')
bikinan sendiri lagi . ahihi :D

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...