Friday 9 September 2011

#life 1

seorang anak lelaki berjalan dengan buku-buku pelajaran di tasnya. sesekali dibenahinya kacamata tebal yang bertengger di atas hidungnya. tidak jarang ia bersungut, sepulang les malam ini masih ada setumpuk PR juga ulangan harian besok yang harus ia persiapkan.
ketika ia melewati gardu yang dipenuhi remaja tanggung seusianya sedang duduk sambil merokok dan main catur, ada yang main kartu. ia mendengus dalam hati, mencemooh sekaligus iri. mencemooh karena ia yakin ia memiliki masa depan jauh lebih cerah dari mereka. iri karena ia tidak memiliki waktu lagi untuk berkumpul dengan teman-temannya. bahkan, ia tertegun sendiri, apakah aku memiliki teman?
Entah apa yang menyeret langkahnya, ia mendekati kerumunan itu. Berdialog. Dan tertegun lagi,
"Gue nggak pernah benci hidup, meskipun hidup sucks banget, tapi seenggaknya gue punya hal-hal berharga. Gue punya temen-temen gue, gue punya cewek gue, dan ortu gue, biar brengsek, seenggaknya gue punya ortu. Gue juga nggak pernah benci Tuhan. Lo tau, sebengal-bengalnya gue, biar gue bajingannya kayak apa, gue tau Tuhan baik. Gue tau dia maha pemaaf, maha penyayang. Buktinya dia nggak langsung nyabut nyawa gue waktu gue bikin dosa. Dia masih mau-maunya bikin jantung gue berdetak .. Masih mau ngatur nafas gue .."

Deg!



Menurutmu apa yang dipikirkan anak rajin yang baru pulang les tadi?
Sesungguhnya dia malu, kawan.
Seseorang yang dia anggap 'memiliki masa depan lebih suram darinya' ternyata memiliki pemikiran yang begitu polosnya, tetapi indah!
Seseorang yang mungkin ibadahnya tidak serajin anak lelaki itu, but, at least, dia percaya Tuhan itu baik hati. Maha pemaaf. Maha penyayang.
Sementara anak lelaki itu seringkali ragu. Mungkin ia rapuh, sedikit cobaan saja akan membuat ia sangat jengkel.
Lalu hidup,
Seseorang itu, dengan ringannya berkata aku tidak pernah membenci hidup.
Mengagumkan.
Sementara ada orang yang merasa hidupnya datar-datar saja, protes. Orang yang merasa hidupnya terlalu complicated, protes.

Ah, manusia.

Lalu aku teringat dengan sebuah kata-kata.

"Sudah berapa banyak malaikat yang kau temui hari ini?"

Tidak ada? Tidak mungkin! Coba ingat-ingat lagi!

Apakah itu seseorang tak yang kau kenal, tak sengaja berpapasan denganmu di jalan lalu menabrakmu keras?
Sehingga kau menyumpah-nyumpah meski ia telah minta maaf?
Padahal mungkin ia diutus Tuhan untuk menambah kesabaranmu, atau mungkin, jika ia tidak menabrakmu saat itu, dan menahan langkahmu selama beberapa detik, ceritanya akan berbeda.
Keserempet mobil barangkali.

Atau mungkin ia yang ada di rumahmu, menegurmu lembut untuk segera belajar, menghentikan aktivitasmu, entah ngenet, atau smsan..
Dan kau mengangguk dengan muka malas, hanya iya-iya saja.
Padahal mungkin ia ingin mengingatkanmu bahwa waktunya sudah tidak banyak lagi. Dan ia ingin kelak kau menjadi orang berguna.

Atau mungkin ia seseorang yang kau lihat di sudut pasar
Baju kumal, compang-camping, menengadahkan tangan ..
Membuatmu mencibir dalam hati, "Ih, jadi orang kok males banget. Badan masih sehat gitu lho."
Padahal mungkin, ia hanya ingin membuatmu mendapat pahala hari itu dengan setidaknya bersedekah atau memberi senyuman. atau dia diutus untuk memberimu pelajaran bagaimana berbaik sangka terhadap orang lain.
itulah malaikat malaikat di hidupmu yang tak kau sadari.

bisa jadi, seseorang di gardu itu merupakan malaikat yang menyadarkan anak lelaki tadi.
begitu juga untukmu, siapapun di duniamu, bisa menjadi malaikatmu!
:)

2 comments:

Afrinaldi said...

wah.. isinya dalem. Jujur, untuk bagian tentang pengemis. Saya juga sebelumnya merasa demikian. Kalau berpikir positif sedikit saja, kita bisa dapat pahala (dengan bersedekah).

Dini said...

membuka mata banget ka :)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...