Monday 27 October 2014

sebuah kebisajadian.

setiap orang punya kemunafikannya sendiri-sendiri. 

mungkin kamu tidak benar-benar cinta dia, 
dia hanya kebetulan ada. 
dan menawarkan hatinya yang siap sedia. 

mungkin kamu hanya takut kesepian, tetapi juga tidak terlalu mau susah-susah mencari sejatinya pertemanan.
mungkin karena itulah kamu pergi makan siang di resto sushi asal bikin yang kamu benci, mengeluarkan uang lebih banyak dari yang kau perkirakan, berbicara topik-topik dangkal sambil berusaha menahan lidahmu yang gatal menyangkal. 

mungkin, kamu tidak benar-benar ingin pergi, 
tapi kepalang sudah janji, 
dan demi agar orang tidak berpikir kamu penghuni komunitas pengindah kota yang tidak tahu diri. 
atau lebih lagi, tidak mampu membeli. 

mungkin kamu tidak benar-benar sedang bahagia saat kamu berpose tertawa di bingkai dua banding dua. 
apalah salahnya berakting menikmati barang beberapa jam sebelum kamu kembali terasing membaca buku yang tiada satupun temantemanmu baca. 

mungkin kamu sesungguhnya keberatan,
tetapi konsekuensi menyuarakan keengganan tersebut sungguh sarat ketidakpastian -bahkan mungkin ancaman. 
maka suaramu pun tertelan, berganti persetujuan yang dipaksakan. 

mungkin, seseorang itu sungguh-sungguh menarik perhatianmu. mungkin, kehadirannya benar-benar kau nantikan, dan keberadaannya membuatmu nyaman. 
tapi kau menggulung lagi kata-katamu hati-hati. mencermati strategi. memamerkan senyum yang tertahan dengan rapi, mengangkat dagu melontarkan jawaban-jawaban ambigu. membuat gerakan yang tak jelas antara gelengan atau anggukan. 
cinta masa kini layaknya perang, kawan, ada aturan yang wajib ditaati. 

bahkan mungkin kamu memaafkan seseorang bukan karena merasa luka lama itu sudah sembuh, atau bahkan sudah puas mengeluh, 
tetapi bisa jadi, kau pikir, suatu saat kau akan membutuhkan eksistensi seseorang itu di hidupmu. siapa tahu.

teringat kata seorang Shabrina, si anak gaul Surabaya yang biasanya sibuk menarikan kedua jempolnya berloncatan di sosial media, mengeluarkan celetukan mematikan, "pada akhirnya manusia akan selalu mencari keuntungan untuk dirinya sendiri." 

kadang, aku rindu pernyataan jujur seperti itu. 
kadang aku harus menyadarkan diri bahwa aku tidak hidup di pelataran kebun rumahku, melainkan emperan dunia dimana orang sibuk melapisi etalasenya dengan gula. dimana basa-basi adalah norma, dan politik hanyalah alat bantu yang serbaguna. 

kadang aku menghitung, dan jadi malu sendiri, berapa kali aku munafik hari ini. 

3 comments:

wulan jameela said...

terkadang lebih mudah mengatakan yang ingin orang dengar daripada mengatakan yang ingin kita katakan.. karena kita sudah tau pasti. yang ingin kita katakan pasti tidak ingin mereka dengar hahahha...

========================

Game Poker & Domino Online Dengan Uang Asli

Anonymous said...

Well... Finally updated again after such a long hiatus. Great job! Keep up the good work!

Anonymous said...

Well... Finally updated again after such a long hiatus. Great job! Keep up the good work!

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...